Senin, September 07, 2009

Akibat Facebook

Tampaknya umur semakin tua membuat kita sadar bahwa selama ini kesibukan telah membius kita dan lupa dengan kehidupan bermasyarakat. Memang akhirnya Facebook dilihat dari sisi positifnya mengingatkan kita bahwa hidup ini tidak sendiri. Bertemu dengan teman lama menjadi asyik lagi serasa usia masih seperti dulu.



Saya punya teman sewaktu kecil yang sampai saat ini memang masih saling berhubungan, tetapi intensitas pertemuannya mungkin sangat terbatas karena masalah pekerjaan masing-masing atau jarak tempat tinggal masing-masing. Facebook memudahkan kita untuk tetap berkomunikasi yang akhirnya dapat dengan mudah mengatur pertemuan-pertemuan untuk kangen-kangen aja sambil mengingat masa kecil yang masih culun kata orang jakarta....



Pernah suatu saat pun kami kumpul dengan kelompok lain (adik kelas) karena kami berada dilingkungan yang sama, SD atau SMP yang sama dan lebih dikuatkan lagi masing-masing kami kakak beradik saling berteman. Yang tua bermain dekat dengan kakaknya, yang muda bermain dengan adiknya....lucu juga. Biasanya orang tua kami juga saling kenal, maklum dilingkungan yang tidak terlalu besar dengan jumlah penduduk yang masih terbatas pada waktu itu. Kalau saat ini mungkin bisa berbeda, walau pada lingkungan yang sama tetapi jumlah penduduknya sudah sangat banyak bahkan semakin individualis.




Dimana sih sebenarnya masa kecil kami? Masih di Jakarta juga, cuma memang dipinggiran pada jamannya, tapi sekarang sudah menjadi pusat perkantoran baru diwilayah selatan. Tepatnya di Pasar Minggu, SD disana dulu tidak banyak yang cukup dikenal SDN Pejaten 3, SD Bea & Cukai...SMP XLI. Walau dipinggiran tetapi kualitas pelajarannya bagus lho! Lihat aja prestasi2 kami saat ini....ha..ha...GR boleh kan.

Kalau mengingat masa itu sangat prihatin tapi senang rasanya. Listrik PLN sempat belum ada, jadi harus menggunakan Genset ditiap rumah, TV hitam putih tentunya dan orang kampung disekitar perumahan kami pada malam hari akan datang kerumah ikut nonton TV mengintip dari jendela teras rumah kami. Sekolah kami juga belum seluruhnya permanen, ada yang pakai lantai semen dan dinding kayu. Banyak teman-teman yang tidak bisa membeli sepatu, sehingga hanya menggunakan sandal bahkan tanpa alas kaki.....sayang foto-foto dijaman itu sudah banyak yang raib.