Kamis, Januari 15, 2009

Proses kematangan sebagai seorang ARSITEK

Setelah lulus dari ITB jurusan Arsitektur di wisuda bulan Maret 1984, saya sebenarnya tidak ingin langsung bekerja disebuah perusahaan konsultan arsitek. Ada keinginan untuk istirahat kira-kira 3 bulan diisi dengan membantu kegiatan rekan-rekan senior dengan status freelance. Hal ini sempat saya lakukan dengan membantu rekan saya yang lebih senior dalam sebuah kompetisi perancangan tingkat dunia, kemudian membantu dosen pembimbing saya dalam presentasi akhir membuat image 3 dimensi Masjid Agung di Palembang. Sambil menunggu waktu kebebasan selama 3 bulan, saya mulai membuat surat lamaran kerja diperusahaan konsultan nasional. Kriteria dalam membuat aplikasi waktu itu sangat sederhana ;

  • Saya tidak ingin bekerja di tempat perusahaan yang didirikan oleh dosen-dosen senior seperti Atelier 6, Encona, Team 4, dll.
  • Lokasi di Jakarta selatan, karena waktu itu saya tinggal dengan orang tua di Ragunan Pasar minggu.
  • Lamaran kerja hanya kepada perusahaan konsultan arsitek, karena mimpi saya dari sejak dulu ingin menjadi Arsitek.

Mungkin ada lebih dari 10 lamaran saya buat , beberapa perusahaan sempat mewawancarai saya tetapi tidak ada tindak lanjut. Saya sempat dinasehati untuk merubah bentuk surat lamaran kerja ini dengan lebih menampilkan kelebihan yang saya punya saat ini karena pengalaman kerja masih belum punya. Nasehat itu saya ikuti dengan memberikan informasi mengenai saya adalah salah satu dari 4 mahasiswa arsitektur ITB angkatan 79 yang lulus tercepat dalam waktu 4,5 tahun. Memang sebelum itu walau program perkuliahan di ITB dimungkinkan lulus dalam waktu 4,5 tahun, tetapi hampir tidak mungkin dipraktekan di Jurusan Arsitektur karena padatnya waktu perkuliahan denganadanya pelajaran studio yang memakan waktu & persyaratan 2 kali praktek kerja di perusahaan konsultan.

Allah memang punya rencana lain untuk mengabulkan keinginan saya. Secara tidak langsung saya diberitahu rekan seangkatan tugas akhir saya yang sudah lebih dulu bekerja yaitu mas ICON untuk melamar ke PT. Parama Consultant, karena disana sedang membutuhkan seorang arsitek katanya. Setelahsaya kirimkan lamaran ke jalan Asia Afrika no 10 ( saat ini plaza senayan), tidak beberapa lama saya di telepon oleh ibu Titut adalah executive secretary di PT. Parama Consultant untuk diminta datang wawancara . Agak gamang juga saat itu karena saya tidak pernah tahu tentang perusahaan ini dan pada waktu saya menyerahkan lamaran ada kesan perusahaa ini milik orang asing (maklum bahasa inggris saya pas-pasan.

Hari wawancara tiba, saya diwawancarai langsung oleh direktur Parama Consultant yaitu Bapak Suwarmo Soepeno tanpa melalui test-test lain. Saya diminta mengisi form sebelum wawancara, gaji yang saya ajukan 300 ribu rupiah per bulan, tetapi pada saat wawancara ditawar menjadi 250 ribu rupiah dengan masa percobaan 3 bulan. Status sebagai arsitek dianggap staf sehingga tidak mendapatkan uang lembur. Saya diberi waktu 1 hari untuk memutuskan apakah bersedia atau tidak. Keesokan harinya saya ditelepon oleh ibu Titut dan saya putuskan ‘YA’ dengan pertimbangan sudah masuk criteria yang saya harapkan, memang gaji bukan menjadi prioritas saya pada saat itu, pengalaman kerja lebih diutamakan. Dosen wali saya pernah berpesan sewaktu saya ragu untuk memutuskan mengambil tugas akhir bahwa, segera saja ambil kesempatan tugas akhir karena proses belajar itu diluar (pada saat bekerja).

Saya mulai bekerja pada akhir Juni tahun 1984 dan ditugaskan membantu beberapa aristek yang sedang melakukan pekerjaan perencanaan beberapa gedung. Pada masa inilah mulai banyak belajar bekerja sebagai Arsitek. Pada dasarnya saya sengan bekerja jadi hari libur sabtu kadang saya datang untuk melanjutkan pekerjaan yang belum tuntas hari sebelumnya. Untuk maslah disain saya banyak belajar dari Mas Bambang Budiarto, arsitek jebolan Universitas Indonesia ini mempunyai kreatifitas yang tinggi dan skill menggambar yang luar biasa. Karena load beliau sangat padat maka saya diminta untuk mendampingi beliau untuk menghadle pekerjaan yang tidak sempat tertangani. Bimbingan dari Bapak Suwarmo Soepeno (pak Warmo/SS) sebagai direktur & Mas Bambang Budiarto (BB) sebagai Arsitek Senior sangat berarti buat saya. Bahkan setelah beberapa lama saya mulai dipercaya langsung menghandle proyek dari mulai awal perencanaan, bertemu/rapat dengan klien sampai melakukan pengawasan berkala pada saat konstuksi.

Setelah 3 bulan masa percobaan saya berakhir, saya dipanggil kembali oleh Pak Warmo. Karena load pekerjaan Parama saat itu memang sedang tinggi, saya diangkat mejadi karyawan tetap dengan gaji dinaikkan 50% menjadi 375 ribu rupiah. Wah ini sangat luar biasa, ternyata apa yang saya lakukan selama ini dihargai dengan baik oleh perusahaan. Kerja saya semakin semangat, bahkan saya sempat senang kalau menadapat pekerjaan lebih dari satu, sehingga saya bisa belajar memanage waktu menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal. Sejak saat itu pak Warmo atau mas BB sering mengajak saya mendampingi beliau bertemu dengan klien-klien pada saat rapat proyek. Dari situ tentunya saya diminta menindaklanjuti hasil keputusan rapat tadi. Suatu saat mas BB diminta untuk menangani proyek Tunjungan Plaza di Surabaya, sehingga beliau harus tinggal cukup lama disana untukmenangani perubahan-perubahan disain langsung dilapangan selama konstruksi. Dengan kondisi seperti ini di Jakarta menjadi kerepotan karena beberapa arsitek yang di Jakarta kualitas perancangannya tidak sekaliber mas BB. Ternyata mas BB menunjuk saya untuk menghandle pekerjaan perencanaan di Jakarta untuk mensupport pak Warmo menindaklanjuti permintaan-prmintaan para klien.

Yang cukup membuat saya takut yaitu pada saat saya diminta berangkat ke Hongkong sendiri mewakili Parama mendampingi konsultan amerika HOK dalam melanjutkan disain Plaza Indonesia & Grand Hyatt disana. Tinggal disana kira-kira 2 bulan, waktu kesana saya berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma tetapi pada saat kembali saya turun di Bandara Sukarno Hatta. Setelah pulang dari Hongkong , saya mulai dipercaya untuk menghandle sendiri pekerjaan2 perencanan lain atas nama Parama. Proses ini berjalan terus sehingga proses kematangan saya sebagai Arsitek terbentuk.


Saya memang tidak sepandai pak Warmo dan sekreatif mas BB, tetapi saya berusaha mengisi kekosongan yang tidak sempat dilakukan oleh mereka berdua. Kepercayaan yang tinggi ini membuat saya tidak pernah berpikir untuk bekerja ditempat lain & melakukan pekerjaan perencanaan diluar kantor (kaki lima-istilah teman2). Dedikasi yang tinggi ini yang membuat posisi saya di Parama semakin baik dan meningkat. Pada tahun 1989 saya diangkat menjadi Architectural Design Manager kemudian pada tahun 1992 saya diangkat sebagai Deputy Director of Design Division membantu mas BB sebagai Director. Pada tahun 1997 saat krisis moneter mulai menggerogoti Indonesia saya diangkat menjadi Corporate Secretary dan setahun berikutnya merangkap posisi Finance Division Head. Pada masa sulit inilah akhirnya saya banyak belajar bagaimana menghandle sebuah company dengan benar. Hasil yang saya lakukan masa ini kurang memuaskan karena akhirnya Perusahaan harus melakukan PHK massal dan saya mulai mencari pekerjaan diluar kantor untukmendapatkan income tambahan mengingat Parama belum dapat memberikan pekerjaan & penghasilan yang layak.

Sejak tahun 1998 tekanan ekonomi membuat saya mulai berfikir unutk punya usaha sendiri bahkan kalau bisa punya usaha lebih dari satu sehingga dapat menantisipasi bila terjadi krisis ekonomi di masa datang. Pekerjaan-pekerjaan kecil akhirnya mulai saya dapatkan, sempat pula saya bekerja part time di PT. Arkonin sebagai arsitek. Sekitar tahun 2000an Parama mulai bangkit kembali dan saya diminta membantu membentuk tim kecil membangun kembali Parama. Tetapi selama ini ternyata pekerjaan saya diluar Parama semakin bertambah pula sehingga pada septembar tahun 2002 saya memutuskan untuk mengundurkan diri secara resmi dari Parama.

Terima kasih pak Warmo yang telah memberikan bimbingan selama ini dengan pandangan idealis yang tinggi dan selalu positif dalam menghadapi segala masalah. Saya tidak pernah mendengar keluhan beliau walau pernah masa sulit kami alami bersama. Juga untuk mas Bambang (BB) yang banyak mengajarkan trik-trik disain yang benar dengan efisiensi dari segi waktu perencanaannya, tetapi kalau soal kreatifitas itu maslah bakat yang sulit saya pelajari.

Tidak ada komentar: